Monday 31 January 2011

Strategi Organisasi Pergerakan Nasional



Strategi Organisasi Pergerakan Kebangsaan Indonesia

Pada masa pergerakan nasional Indonesia, ada dua kejadian yang merupakan momentum sejarah yang paling mendasar. Pertama, munculnya gerakan Perhimpunan Indonesia di negeri Belanda. Perhimpunan Indonesia boleh dikatakan “Manifesto Politik” yang pertama dari semua gerakan nasional yang pernah ada sejak 1908 hingga 1920-an. Manifesto politiknya adalah Indonesia Meerdeka. Kedua munculnya Sumpah Pemuda yang termuat dalam triloginya, yaitu satu tanah air Indonesia, satu bangsa Indonesia, dan satu bahasa Indonesia.

Sejak 1908 mulai berdiri dan berkembang orgaanisasi modern dalam berbagai bidang, seperti:
1.      Budi Utomo (BU)

Pada abad ke-20 tampil beberapa dokter sebagai penggerak bangsa di kawasan Asia, seperti Dr. Sun Yat Sen di China, Dr. Jose Rizal di Filipina, Dr. Wahidin Sudirohusodo, Dr. Sutomo, Dr. Cipto Mangunkusumo dan Dr. Gunawan Mangunkusumo dari Indonesia.
Dr. Wahidin Sudirohusodo berusaha keras untuk mewujudkan cita citanya  untuk membentuk suatu perkumpulan yang bertujuan memajukan pendidikan serta membiayai anak-anak yang tidak dapat bersekolah. Cita-citanya itu mendapat sambutan dari siswa kedokteran dan pada akhirnya pada 20 Mei 1908 dibentuklah Budi Utomo dan dari kongres pertama Adipati Tirtokusumo (seorang bupati) sebagai ketua dan Dr. Wahidin Sudirohusodo sebagai wakilnya. Kongres juga menetapkan tujuan dari pergerakannya, yaitu untuk menjamin dan mempertahankan kehidupan sebagai bangsa yang terhormat. Perkumpulan ini bergerak dalam bidang sosial, pendidikan, pengajaran, dan budaya.
Jika dilihat dari keanggotaannya perkumpulan ini bersifat kedaerahan (lokal). Namun perkumpulan ini juga merupakan perkumpulan nasional, terbukti apabila ada pertemuan permufawakatan Perhimpunan Politik Kebangsaan Indonesia (PPKI), Budi Utomo selalu hadir. Selain itu tujuan Budi utomo berubah semenjak tahun 1928 menjadi melaksanakan cita-cita persatuan Indonesia.
Setelah itu Budi Utomo berusaha bergabung dengan usaha seasas dan sehaluan, dan akhirnya Budi Utomo bergabung dengan PBI (Persatuan Bangsa Indonesia) menjadi Parindra (Partai Indonesia Raya).

2.      Perhimpunan Indonesia (PI)

Pada tahun 1908 para pemuda Indonesia di negeri Belanda mendirikan perkumpulan dengan nama Indische Vereeniging. Tujuan awalnya adalah untuk mesejahterakan para anggotanya yang berada di negeri Belanda. Kedatangan Suwardi Suryaningrat ke Belanda, terlebih lagi dengan berkecamuknya Perang Dunia I  dan gema semboyan  Woodrow Wilson (Presiden Amerika Serikat) yang menyatakan bahwa harus diakui adanya the right of selfdetermination (menetukan nasib sendiri) yang memberikan dorongan kepada anggota utnuk terus berjuang.
Pada tahun 1922, indische Vereeniging diubah namanya menjadi Indonesia Vereeniging (Perhimpunan Indonesia). Dua tahun kemudian Perhimpunan Indonesia mengubah tujuannya untuk memperjuangkan kemerdekaan Indonesia dan dilakukan dengan kemampuan sendiri.
Perkumpulan ini memiliki majalah tempat seluruh anggotanya menuangkan aspirasinya yang bernama Hindia Putra yang kemudian berubah menjadi Indonesia Merdeka. Beberapa tokoh yang telah menyelesaikan studinya di Belanda kembali ke Indonesia  pada tahun 1927 dan bergabung dengan para pejuang Indonesia dan mendirikan Partai Nasional Indonesia (PNI).
Propaganda di negeri Belanda dilakukan secara aktif. Mereka melakukan kontak dengan badan-badan internasional yang menguntunngkan bangsa Indonesia, salah satunya hubungan dengan Association I’Etude des Civilisation Orientales (didirikan Paris tahun 1925). Salah satu kegiatan perhimpunan Indonesia pada tahun 1926-1927 adalah menghadiri kongres seperti:
·         Kongres Demokrat Internasional di Bierville (1926) diwakili oleh Drs. Moh. Hatta.
·         Kongres Liga Melawan Imperialisme dan Penindasan si Brussel (1927) diwakili oleh Drs. Moh. Hatta.
Dalam Kongres ini Perhimpunan Indonesia Banyak mengambil simpati liga dengan resolusinya yang mendukung pergerakan kemerdekaan Indonesia, dan menuntut penghapusan interniran yang terjadi atas orang-orang Indonesia. Namun aktivitas ini membuat pemerintah kolonial Belanda curiga. Selain itu Perhimpunan Indonesia dihubungkan dengan pemberontakan Partai Komunis Indonesia (PKI) (1926-1927) sehingga para pemimpinnya di tangkap, namun karena terbukti tidak bersalah mereka di bebaskan pada tahun1928. Hal ini memnambah rasa simpati yang besar di Indonesia sehingga Perhimpunan Indonesia menjadi pos terdepan dalam memperjuangkan kemerdekaan.

3.      Serekat Islam

Pada tahun 1911 di kota Solo muncul perkumpulan dagang Islam yang bernama Serekat dagang Islam dengan Haji Samanhudi sebagai pemimpin. Sudah ada semenjak 1909 dibawah pimpinan RM. Tirtoadisuryo yang beranggotakan para pedagang Islam, namun organisasi ini berkembang pesat semenjak berada di bawah pimpinan Haji Samanhudi.
Kemudian pada tahun 1912 seseorang dari Surabaya bernama Haji Omar Said (HOS) Cokroaminoto merupakan promotornya mengubah nama Serekat Dagang Islam menjadi Serekat Islam. Dengan begitu anggotanya bukan hanya pedagang Islam saja tetapi seluruh umat islam dari seluruh lapisan masyarakat.
Pengaruh Serekat Islam sangat besar di masyarakat sehingga terjadi beberapa pemberontakan terhadap pemerintah yang diduga karena pengaruh Serekat Islam, diantaranya:
·         Pemberontakan Toli-Toli (Sulawesi Selatan); pemberontakan ini memakan korban jiwa, diantaranya satu orang pegawai negeri Belanda dan beberapa pegawai Indonesia.
·         Pemberontakan Cimareme (Jawa Barat); pemberontakan terjadi karena adanya protes kaum petani yang menolak memberikan padinya kepada pemerintah Belanda dengan harga yang telah ditetapkan.
Karena salah satu anggotanya, Semaun yang menjabat sebagai kepala Serekat Islam cabang Semarang, menjabat sebagai ketua PKI dan dianggap memiliki posisi yang membahayakan, menyebabkan Serekat Islam mengeluarkan peraturan disiplin organisasi dan melarang anggotanya mengikuti organisasi lain. Peraturan ini tidak disetujui oleh Semaun, dan mengakibatkan Serekat Islam terpecah menjadi Serekat Islam Merah yang dipimpin Semaun, dan Serekat Islam Putih yang dipimpin oleh HOS Cokroaminoto.
Serekat Islam pada tahun 1929 melakukan hal, diantaranya mengubah nama menjadi Partai Serekat Islam Indonesia (PSII), kehilangan banyak anggota, dan keluar dari Volksraad. Setelah itu pada tahun 1930 Serekat Islam mangalami kemerosotan dan berbagai perpecahan dalam tubuh organisasi, yaitu terpecah menjadi 3 partai yakni PSII Kartosuwiryo, PSII Abikusno, dan Partai Serikat Islam Indonesia. Aktivitasnya berhenti setelah Jepang menduduki Indonesia.

4.      Indische Partij

Douwes Dekker, Cipto Mangunkusumo, dan Suwardi Suryaningrat adalah tiga tokoh pendiri Indische Partij (1912). Semboyan partai itu adalah Hindia for Hindia, yang berarti Indonesia hanya diperuntukan untuk orang yang bertempat tinggal dan menetap di Indonesia tanpa terkecuali dan tanpa membedakan suku bangsanya.
Tujuannya adalah untuk mempersiapkan kehidupan bangsa Indonesia yang merdeka. Anggotanya terbuka untuk seluruh rakyat Indonesia walaupun pada awalnya kebanyakan anggotanya adalah Indo-Eropa. Partai ini sulit berkembang karena pengaruh stelsel kolonial yang menghalangi proses interaksi orang asing di Indonesia.
Tujuan partai ini benar-benar revolusioner karena ingin mendobrak kenyataan politik rasial yang dilakukan pemerintah Belanda di Indonesia. Hal ini terlihat nyata pada perayaan 100 tahun bebasnya Belanda dari Prancis.
Kecaman yang semakin keras menentang pemerintah kolonial Belanda, mengakibatkan ketiga tokoh diasingkan ke negeri Belanda pada tahun 1913, namun pada tahun1914 Cipto Mangunkusumo pulang ke Indonesia karena sakit. Dan pada 1919 Douwes Dekker dan Suwardi Suryaningrat juga dibebaskan. Setelah itu Douwes Dekker tetap berkecimpung di politik dan Suwardi Suryaningrat berkecimpung di dunia pendidikan dan membentuk Taman Siswa dan beliau juga dikenal sebagai Ki Hajar Dewantara.

5.      Partai Komunis Indonesia (PKI)

Pada tahun 1914 Sneevliet mendirikan organisasi yang bercorak Marxis sengan nama Indische Social Demokratische Vereeniging (ISDV) yang berpusat di Semarang. Bersama Semaun, Sneevliet berhasil mengembangkan ISDV.
Pada tahun 1920 Serekat Islam Merah bergabung dengan ISDV dan membentuk Partai Komunis Indonesia (PKI), diketuai oleh Semaun dan wakilnya Darsono. Namun beberapa tokoh Belanda tidak setiju dengan dibentuknya PKI dan mereka memisahkan diri sera membentuk Indisce Social Demokratische Party (ISDP) dengan F. Bahler sebagai ketuanya.
Hubungan PKI dengan pemerintah kolonial Belanda semakin renggang bahkan semakin memburuk. Kemudian  pada tahun 1926 PKI melakukan pemberontakkan di wilayah Jawa Barat (di sekitar Banten) dan pada tahun 1927 di Sumatera Barat. Dengan semua kegagalan pemberontakan itu, pemerintah Belanda menganggap PKI sebagai partai terlarang. Kemudian setelah pemberontakan itu gagal, banyak pemimpin PKI yang melarikan diri keluar negeri.

6.      Partai Nasional Indonesia (PNI)

Pada tahun 1927 PNI didirikan oleh tokoh-tokoh seperti Ir. Soekarno, Dr. Ciptomangunkusumo, Ir. Anwari, Sartono SH, Budiarto SH, dan Dr. Samsi. PNI mengalami perkembangan yang sangat cepat, bahkan dalam waktu yang sangat singkat PNI telah dapat menarik perhatian banyak masyarakat. Pada tahun 1927, PNI memprakasai berdirinya PPPKI (Permufakatan Perhimpunan Politik Kebangsaan Indonesia) yang bertujuan untuk menggalang kesatuan aksi melawan imperialisme atau penjajahan
Munculnya berita profokatif yang menyatakan bahwa PNI akan melaksanakan pemberontakan, mengakibatkan pemerintiah Belanda melakukan penangkapan para pemimpin PNI, seperti Ir. Soekarno, Gatot Mangkupraja, Maskun, dan Suriadinata. Pengadilan negeri Bandung menjatuhkan hukuman kepada Ir. Soekarno selam 4 tahun penjara, Maskun 2 tahun penjara, Gatot Mangkupraja 1 tahun 8 bulan, dan Suriadinata 1 tahun3 bulan.
Dasar perjuangan PNI adalah sosio-nasionalis dan sosio-demokratis disngkat menjadi Marhaenisme dan bersifat nonkooperatif terhadap pemerintah Belanda.
  
7.      Partai Indonesia (Partindo)

Demi alasan keselamatan PNI dibubarkan dan berdiri partai baru yaitu Partai Indonesia (Partindo) tahun 1931. Akan tetapi ada yang tidak setuju dengan pembubaran PNI dan membentuk partai lain dengan nama PNI baru atau PNI pendidikan.
Setelah Ir. Soekarno bebas ia memilih untuk mengikuti Partindo dan kehadirannya membangkitkan semangat para anggota, namun pemerintah Belanda khawatir sehingga Ir. Soekarno ditangkap dan dibuang ke Ende di Pulau Flores dan pada tahun 1937 dipindahkan ke Bengkulu dan dibebaskan oleh Jepang tahun 1943.

8.      Pendidikan Nasional Indonesia (PNI Pendidikan)

PNI pendidikan dibentuk oleh mereka yang tidak setuju dengan pembubara PNI dan dipimpin oleh Drs. Moh. Hatta dan Sutan Sjahrir. Prinsip PNI Pendidikan adalah berpegang teguh pada prinsip noonkoorperatif. Model perjusngsnnys sama dengan yang pernah dilakukan oleh Perhimpunan Indonesia dan Partai Nasional Indonesia.
Karena dianggap membahayakan, para pemimpinnya diasingkan ke Digul (1934), dipindahkan ke Belanda (1936), dan dipindahkan ke Sukabumi pada tahun 1942  hingga kedatangan Jepang.
9.      Partai Indonesia Raya (Parindra)

Berawal dari Indische Studie Club yang dipimpin Dr. Sutomo yang kemudian berubah menjadi Partai Bangsa Indonesia (PBI), bertujuan untuk menyempurnakan derajat bangsa Indonesia dengan melakukan hal-hal nyata dan dapat dirasakan oleh rakyat banyak, seperti memajukan pendidikan, mendirikan koperasi rakyat, mendirikan bank-bank untuk rakyat, dan lain sebagainya.
PBI berkali-kali melakukan berbagai pendekatan terhadap Budi Utomo, dan pada tahun 1935 terjadi penggabungan antara Budi Utomo dan PBI yang selanjutnya disebut sebagai Partai Indonesia Raya ( Parindra), betujuan untuk mencapai Indonesia raya, sengan Dr. Sutomo sebagai ketuanya dan Surabaya pusatnya.
Perkembangan selanjutnya banyak organisasi yang bergabung sengan Perindra seperti Serekat Sumatera, Serekat Ambon, dan lain sebagainya. Taktik perjuangannya adalah koorporatif yang insidental ( berkerja sama dengan pemerintah Belanda).

No comments:

Post a Comment

 
Free Blogger Templates